FESTIVAL SASTRA LONTAR – HARI 2, 12 NOVEMBER 2020

Rekaman video diskusi tersedia di Youtube / A filmed recording of the discussion is available for viewing on Youtube.

Diskusi / Discussion

Indonesia di Mata Saya / Through Foreign Eyes

Pembicara / Speakers: Elizabeth Pisani, Michael Vatikiotis, Jennifer Mackenzie

Moderator: Yuli Ismartono

Kamis / Thursday, 12 November 2020, 10:30-11:30 WIB / WIT

Dalam bahasa Inggris / In English

Banyak buku tentang Indonesia yang ditulis oleh orang asing. Pada mulanya mereka menulis karena tuntutan pekerjaan, mungkin juga tanpa sengaja, lama-kelamaan karena cinta. Mereka berusaha mendekati atau mengalami Indonesia dari jarak sedekat mungkin—beberapa dari mereka menikah dan menjadi WNI. Bagaimana mulanya mereka mengenal Indonesia? Bagaimana kemudian muncul kecintaan pada Indonesia? Bagaimana mereka membandingkan Indonesia dengan negeri kelahiran mereka? Bagaimana mereka menyiasati bias stereotipe pandangan Barat terhadap Timur?

Each of these authors has written books that are set in Indonesia. How did that come to be? Did they live or worked here? Might they have fallen in love (or despair) with the land and its people? What is it that they are saying about Indonesia that is not being said by Indonesian themselves? Their remarks and answers to these and other questions promise to be an engaging discussion.

Rekaman video diskusi tersedia di Youtube / A filmed recording of the discussion is available for viewing on Youtube.

Peluncuran Buku / Book Launch

And Death Grows Intimate karya / by Subagio Sastrowardoyo

Pembicara / Speakers: Goenawan Mohamad & Dian Sastro

Moderator: Zen Hae

Pembaca Karya / Readers: Dian Sastro & Slamet Rahardjo Djarot

Kamis / Thursday, 12 November 2020, 11:30-12:30 WIB /WIT

Buku ini memuat sepilihan sajak Subagio Sastrowardoyo, sejak buku puisi pertamanya hingga sajak-sajaknya yang terakhir. Sajak-sajaknya menandai perkembangan penting puisi Indonesia modern setelah Chairil Anwar, yakni dengan menampilkan sisi paling murni dari jiwa manusia, di samping wataknya yang intelektualistis sekaligus moralistis. Subagio menyadap puisi-puisinya bukan hanya dari banalitas kehidupan sehari-hari, tetapi juga sosok-sosok yang jujur-murni dari khazanah kitab suci dan mitologi. Ikuti sejumlah pembicaraan dan testimoni orang-orang dekat Subagio.

Subagio Sastrowardoyo (1924–1995) was a poet, short-story writer, essayist, and literary critic. During his writing career of more than 45 years, Subagio published a wide range of work but it was his poetry and his essays on poetry that have most served to enrich and expand discourse on modern Indonesian poetry. In commemoration of the 25th anniversary of his death, Lontar celebrates his life and work through readings, a discussion of his work, and the testimonies of people who were close to him.

Rekaman video diskusi tersedia di Youtube / A filmed recording of the discussion is available for viewing on Youtube.

Diskusi / Discussion

Translating Indonesia

Pembicara / Speakers: Sabine Müller, Harry Aveling, Antonia Soriente

Moderator: Toni Pollard

Kamis / Thursday, 12 November 2020, 16:00-17:00 WIB / WIT

Dalam bahasa Inggris / In English

Para penerjemah telah ikut memperkenalkan sastra dan budaya Indonesia kepada khalayak pembaca dunia. Mereka telah bekerja sejak masa kolonial hingga hari ini. Diskusi ini akan memperbincangkan pengalaman kerja mereka. Bagaimana mulanya mereka mengenal sastra Indonesia? Apa sih problem mendasar karya sastra Indonesia yang diterjemahkan ke bahasa asing? Bagaimana mereka memperkenalkan keunikan bahasa dan budaya Indonesia kepada pembaca asing? Bagaimana potensi sastra Indonesia di panggung dunia?

More than anyone else, it has been individual translators who have, since colonial times, served to introduce Indonesian literature to the world. Without their combined work, the world would have a much more narrow view of Indonesia than it does have today. How did these translators first become involved in the field of Indonesian language and literature? What made them want to translate the works they have translated? What are some of the challenges they faced?

Rekaman video diskusi tersedia di Youtube / A filmed recording of the discussion is available for viewing on Youtube.

Pemutaran Film dan Obrolan Santai / Film Screenings & Discussion

Mengenang yang Lama, Memajang yang Muda / Predecessors and Successors

Pemandu / Moderators: Esha Tegar Putra

Bintang Tamu / Discussant: Tini Hadad

Film OTR / On the Record Film: Namaku Selasih/My Name is Selasihkarya / directed by Jajang C. Noer (in Indonesian with English subtitles)

Film Pendek / Short Films: Heru Joni Putra, Ni Made Purnama Sari

Kamis / Thursday, 12 November 2020, 17:00-18:00  WIB / WIT

Yayasan Lontar telah memproduksi film dokumenter tentang kehidupan sastrawan Indonesia masa lalu dalam serial On the Record dan sejumlah film pendek penulis Indonesia masa kini. Pemutaran film-film itu akan menyegarkan kembali ingatan kita kepada sosok sastrawan yang telah menjadi ikon penting sekaligus memperlihatkan kelanjutan generasi penulis sastra Indonesia. Selasih adalah penulis perempuan yang penting pada masa sebelum Perang Dunia Kedua yang menulis tentang nasib perempuan di tengah dominasi budaya patriarki. Sementara, Heru Joni Putra dari Sumarta Barat dan Ni Made Purnama Sari adalah dua penyair yang beroleh penghargaan sastra.

Over the years, Lontar has produced 24 documentary films on Indonesian writers under the rubric On the Record (OTR). More recently, to highlight younger and emerging authors, the foundation has produced numerous short films as well. This first film screen of the Lontar Literary Festival features a film about Selasih (1909–1995), the penname of Sariamin Ismail, a pioneer author who began to write in the colonial area and whose work depicted women under the dominance of a patriarchal culture. Meanwhile, Heru Joni Putra, from West Sumatra, and Ni Made Purnama Sari, from Bali, are both national award-winning poets.